Waspada Avian Influenza (ai) Pada Burung Puyuh

Avian Influenza (AI) atau yang lebih dikenal dengan flu burung merupakan penyakit yang sudah endemis di Indonesia. Kejadiannya meningkat terutama pada saat musim penghujan karena adanya perubahan suhu dan kelembaban yang berpengaruh pada imunitas unggas khususnya burung puyuh.

 

Apa itu Avian Influenza ?

 

AI merupakan penyakit yang disebabkan virus famili Orthomyxoviridae, virus RNA yang memiliki aktivitas Hemaglutinin (H) dan Neuromidase (N). Hemaglutinin ini yang menyebabkan sel darah merah inangnya menggumpal (hemaglutinasi). Dewasa ini virus influenza dikenal dengan 15 subtipe H dan 9 subtipe N. Contoh: virus influenza yang diisolasi dari ayam di Hongkong tahun 1997 yaitu H5N1. Cara penularan dapat terjadi melalui kontak langsung antara puyuh yang sakit dengan puyuh yang sehat. Virus keluar dari tubuh puyuh sakit melalui saluran pernafasan, konjunctiva mata, dan feses. Penularan juga bisa melalui udara, makanan/minuman, peralatan kandang, pakaian, tray telur, burung liar, atau bahkan serangga yang tercemar virus.

Gejala penyakit AI dapat berbentuk gangguan pada saluran pernapasan, pencernaan dan reproduksi. Gejala awal berupa penurunan nafsu makan dan penurunan produksi telur, gangguan pernapasan seperti bersin,ngorok dan batuk, pembengkakan pada muka, dan diare. Pada kasus tertentu penyakit dapat berlangsung secara cepat dengan kematian mendadak. Gejala klinis AI pada puyuh di lapangan terlihat dari perubahan kualitas telurnya, yaitu telur akan kehilangan pigmentasinya dan berwarna pucat.

Pada perubahan makroskopiknya, biasa ditemukan pembengkakan sinus, dan pecahnya pembuluh darah pada pial. Kadang ditemukan pula kebengkakn dan titik-titik darah pada kaki Sedangkan pada bedah bangkai/nekropsi ditemukan perdarahan pada lemak tubuh seperti lemak abdominal dan lemak paha dengan derajat keparahan yang bervariasi. Ada pula titik-titik darah pada batas lambung depan dengan lambung.

 

 

Dokumen Peksi

Gambar : perdarahan pada otak puyuh

 

 

Dokumen Peksi

Gambar : kerusakan jaringan pada jantung

Pengobatan : AI tidak dapat diobati, pemberian antibiotik/antibakteri hanya ditujukan untuk pengobatan infeksi sekunder oleh bakteri atau mikoplasma. Pengobatan suportif dengan pemberian multivitamin untuk proses rehabilitasi jaringan yang rusak. Upaya pencegahan yang harus dilakukan dengan pemberian program vaksinasi dan memperketat biosekuriti di kandang.