01
Nov
Manajemen Air Minum Pada Puyuh Produksi
Kebutuhan air minum merupakan komponen terpenting dan terbesar dari tubuh makhluk hidup termasuk burung puyuh, dimana 70% penyusun total berat badan puyuh merupakan air. Kurangnya konsumsi air minum menyebabkan penurunan konsumsi pakan sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas telur pada masa produksi. Pemberian air minum sebaiknya dilakukan secara terus-menerus (adlibitum) dengan tujuan agar kebutuhan air dalam tubuh puyuh dapat terpenuhi (tidak dehidrasi) sehingga produksi telur dapat optimal.
Pemberian air minum untuk puyuh biasanya dengan menggunakan beberapa variasi pemberian. Peternak biasanya menggunakan metode galon pada awal pemeliharaan dan mengunakan nipple pada masa produksi. Penggunaan galon pada awal pemeliharaan memiliki kelebihan dalam mengenalkan air minum pada DOQ. Selain itu, penggunaan galon air minum akan memudahkan peternak dalam menentukan dosis obat/vitamin yang diberikan. Sedangkan menggunakan nipple memiliki kelebihan dalam otomatisasi tempat minum, obat/vitamin bahkan vaksin dapat diberikan melalui bak penampung atau dengan alat khusus berupa medicator. Ketinggian nipple perlu diperhatikan agar puyuh dapat minum dengan nyaman. Kerendahan atau ketinggian nipple akan mempengaruhi jumlah konsumsi air minum sehingga mempengaruhi produktivitas puyuh.
Pada periode pemeliharaan puyuh perlu dilakukan treatmen air untuk meminimalisir kontaminsi bakteri dalam air. Penggunaan klorin perlu diperhatikan dosisnya yaitu maximal 2 ppm dalam air minum. Sementara pada saat kosong kandang, perlu adanya treatment pipa air. Selama periode pemeliharaan biasanya akan muncul biofilm di saluran pipa dimana biofilm ini akan menjadi media tersedimentasi sehingga mempengaruhi kualitas air maupun obat-obatan. Selain itu biofilm juga bisa menjadi media perkembangan bakteri pada periode pemeliharaan selanjutnya. Flushing pipa air dengan tekanan dapat membantu merontokkan biofilm-biofilm yang menempel di permukaan saluran pipa.
Pengujian kualitas air minum juga sebaiknya dilakukan rutin minimal dua kali setahun yaitu pada musim kemarau dan pada musim penghujan. Total bakteri yang baik adalah 0-100/ml, sementara Coliform yang baik adalah 0-50/ml. pH yang baik untuk air minum antara 6,5 – 7,2. pH dibawah 6,0 dapat berpengaruh pada kelarutan obat dan dapat menurunkan performance puyuh. Kandungan besi, tembaga, magnesium dan sulfat dalam air minum juga sebaiknya dalam kadar yang rendah.